Kemenperin dan Xiaomi Kaji Kolaborasi Pengembangan Mobil Listrik
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan kunjungan kerja ke Shanghai beberapa waktu lalu. Salah satu agenda penting adalah pertemuan dengan direksi Xiaomi Communications Co., Ltd.
Dalam unggahan di akun resmi Instagram Kemenperin, pemerintah mengapresiasi langkah bisnis dan investasi yang telah dilakukan Xiaomi di Indonesia. Saat ini, raksasa teknologi asal China itu memang fokus di pasar gawai dan perangkat elektronik.
Kemenperin Dorong Xiaomi Kembangkan Mobil Listrik di Indonesia
Dalam pertemuan tersebut, Kemenperin mendorong Xiaomi untuk memperluas bisnis ke segmen kendaraan listrik murni atau battery electric vehicle (BEV). Xiaomi sendiri sudah memiliki portofolio mobil listrik seperti Xiaomi SU7 dan YU7.
“Kolaborasi ini membuka jalan bagi investasi baru, transfer teknologi, dan peningkatan daya saing industri elektronik nasional,” tulis Kemenperin dalam unggahannya.
Investasi Xiaomi di Indonesia
Hingga tahun 2025, Xiaomi telah menanamkan investasi sebesar Rp3 triliun di Indonesia. Dana tersebut digunakan untuk perakitan dan produksi smartphone, tablet, dan televisi melalui kerja sama dengan PT Satnusa Persada Tbk. dan PT Arisa Mandiri Pratama.
“Indonesia siap menjadi pusat inovasi dan manufaktur masa depan,” tulis akun resmi Kemenperin RI.
Xiaomi Perluas Bisnis ke Industri Otomotif
Xiaomi mulai masuk ke bisnis kendaraan listrik pada 2023, setelah melakukan riset dan persiapan panjang. Model perdana mereka, Xiaomi SU7, menjadi tonggak awal ekspansi ke industri otomotif.
Untuk proyek ini, Xiaomi dikabarkan menggelontorkan dana riset hingga Rp21 triliun. Langkah tersebut bertepatan dengan meningkatnya tren mobil listrik (BEV) di China dan dunia.
Fasilitas Produksi Baru di Beijing
Baru-baru ini, Xiaomi kembali berinvestasi sebesar 635 juta yuan atau sekitar Rp1,44 triliun untuk mengembangkan fasilitas produksi di New Town Yizhuang, Beijing.
Kawasan industri tersebut sudah memiliki infrastruktur lengkap dan akan menjadi pabrik kendaraan energi baru (NEV) serta pusat produksi komponen.
Beberapa pengamat menilai, proyek baru ini merupakan fase ketiga dari pengembangan produksi mobil Xiaomi setelah SU7. Langkah ini menunjukkan keseriusan Xiaomi dalam memperkuat posisi di pasar mobilitas listrik dan kendaraan pintar di China.
